Skip to main content

Posts

Gugusan 137 : Koalisi Fuad

Judul Buku: - Aku, Perempuan Bercahaya Remang-remang (Gugusan Hiperbola Milik Alien dari Uranus) Penulis: - Putri Al Fatih Gugusan 137 - Koalisi Fuad Ini yang sedang kucoba, menghilangkanmu dari ingatan. Mempercayakan segala resah pada Tuhan. Kembali berbaik hati dengan perasaan. Mulai menyadarkan diri bahwa menjadi pilihan itu menyakitkan. Kelak, segala hal baik itu hadir di saat hati siap untuk kembali menerima. Semuanya akan seperti semula, saat kehilangan dicermati dengan nama kepulangan. ..... Komen di bawah ya? Apakah tulisan seperti ini pantas dibuat buku? ILYA 😘
Recent posts

Agra dan Pulau Dewata

Halo Agra? Apa kabar? Aku selalu berharap kamu tetap baik-baik saja, juga dengan Mom and Dad. Agra, seperti biasa, setiap aku menulis tentangmu itu berarti aku ingin menyampaikan sesuatu. Tidak penting bagimu dan kurasa bagiku juga tidak begitu penting. Akan tetapi, aku akan tetap bercerita. Ya, kamu berhasil menebaknya dan maaf karena mengabaikan nasihatmu waktu itu. Ini tentang seorang pria dari gugusan Gemini yang sedikit menyapaku penuh air mata. Seperti katamu Gra, aku adalah perempuan paling mudah tersentuh yang langsung luluh jika sudah berurusan dengan air mata dan cinta. Maafkanlah. Tapi bagaimana lagi? Dia terlihat begitu jujur menyapaku, mengenalkan kehidupannya padaku dan keluarga. Aku tidak peduli apakah dia hanya menjadikanku pelampiasan atau hiburan kala bosan. Asal aku tidak dijadikannya sebagai orang ketiga atau perempuan kedua setelah wanitanya di sana. Dan ya, kamu benar lagi Gra, akhirnya aku tahu dia tidak sendiri. Saat itu aku mulai menjauh, terlebih saat ak

C I N T A

"Aku malu dengan diriku. Aku malu telah berani mengharapkanmu. Aku malu telah menyatakan hal yang tidak kamu miliki rasanya. Aku malu telah jatuh cinta kepada sosok yang hanya sebatas penyemangat." Ini rasa yang aku sembunyikan selama tiga tahun.  Waktu sebelum panitia wisuda memanggil namaku sebagai mahasiswi dengan IPK terbaik. Waktu sebelum kamu menarik tanganku, dan mengajakku bercumbu dengan hujan. Waktu sebelum Kedai Arch menjadi tempat terakhir kita bertukar pikiran. ** "Selamat atas keberhasilan yang selalu kamu impikan." Bungkusan kado kamu suguhkan kepadaku. Entah apa isinya, tidak segera aku buka. "Terima kasih, semua juga berkat kerja sama kita." Ucapku dengan senyuman sederhana yang tidak lagi asing. Antara aku dan kamu. Antara malam ini dan kemarin. Ada rasa yang berbeda, setelah hujan siang tadi. Setelah aku sampaikan perasaan tertahanku selama tiga tahun. Semuanya berubah, bahkan malam ini. Malam yang sama seperti malam kemarin, mem

Selama Jantungku Berdetak

Aku selalu mencintaimu. Seperti yang selalu aku bilang sebelum, sesudah, hingga selamanya denganmu. Dalam keadaanmu saat ini pun, aku masih selalu menciummu, meyakinkan kamu bahwa aku tidak ingin beranjak menjadi isteri yang selalu kamu banggakan. Kamu yang membuat aku menjadi wanita kuat. Padahal dahulu, sebelum aku mengenalmu, aku hanyalah wanita manja yang berpura-pura kuat dan takut jatuh cinta. Namun, setelah kamu mengubah jalan pikiranku dengan sabar, semua berubah dan aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta kepadamu ketika malam minggu di Villa milik keluargaku. Tidak menyangka kamu akan datang bersama rombongan dan meminangku, padahal kita baru saja bertemu sapa sepekan lalu. Ingatkah? Kamu harus ingat itu. Bahwa cintaku bukan karena kamu yang tampan dan diidamkan. Tetapi karena kamu tahu harus memperlakukan hatiku seperti apa. Jadi, jangan lagi memintaku mencari selain kamu hanya untuk meringankan batinku semata. Semua sudah menjadi tumpukan buku usang yang siap dimuseumkan. Aku

Mr. Pras : Sehangat Sepahit (Spesial Percakapan Nafa dan Manda)

Delapan Desember 2015 … “Jangan memaksakan diri.” Sebuah suara yang tidak asing. Manda berdiri tepat di sisi kiriku. Menatap sungai Kapuas dengan menantang. Dia tampak hebat kali ini, dengan setelan seperti wanita kurang beruntung yang tegar meski tidak mendapatkan sosok yang kuabadikan dalam aksara. “Ada kehidupan di sana, dan seseorang harus menyelamatkannya.” “Tidak bisa yang berarti bisa, kan?” “He…” Aku terkekeh getir mendengar pengakuan wanita cantik satu ini. Rasaya pahit pekat kopi yang sedang kuseruput berubah hambar seketika. “Aku hanya sekadar pamit. Tapi dia justeru mengusirku tanpa terduga.” “Itu berarti dia tidak ingin kamu pergi dalam arti sebenarnya. Tinggallah beberapa saat, saya mohon.” “Tidak bisa.” “Kemana kamu akan pergi?” “Jakarta. Aku akan tinggal beberapa saat di sana, memutuskan apakah aku harus pergi atau sekedar menghilang kemudian kembali.” “Saya menyukai kalimat keduamu.” “Ya, aku juga berharap hatiku mengatakan hal yang sama denganmu.” Hal ya

Dari Pembawa Air untuk Si Kembar

Semua berawal di tanggal 23 Juli 2017. Kurasa begitu, Aku mengenalnya. Bukan, lebih tepatnya kita berkenalan. Seperti biasa, basa-basi, kolaborasi, bertanya kabar, dan akhirnya menjadi candu. Semua terlihat begitu normal. Yah, ini jaman lebih maju dari ketika Cleopatra dan Caesar berhubungan. Juga lebih manis dari cerita sedih Romeo dan Juliet. Tapi, aku memiliki sebuah kenangan tersendiri tentang si Kembar. Dia, yang berada di lingkaran planet Merkurius dan si pemilik batu bintang Moss Agate. Si Kembar yang dua pekan ini membuatku sedikit sayang lebih dari yang seharusnya. Jika (dia) membaca ini; tolong cukup datang sekali saja. Karena kepergian itu sulit untuk kita masing-masing. Meski dia begitu pemilih karena takut patah hati, tapi aku selalu tahu bahwa dia pun sama rindunya denganku saat ini. Jangan tanya mengapa kami tak saling menyapa. Karena dalam tantangan, kita hanya bisa menahan rindu. Hingga dua pekan ke depan. Dan jangan katakan itu mudah, itu sangat sulit!!! Aku me

Untuk Yang Ditemukan Pada 1812

Aku memulai perjalanan sore di sebuah aplikasi. Iya, sebuah tempat yang mengajakku bermanis ria dengan lebah dan para madu muda-tua. Mereka menyapa hangat, saling mengingat, berkenalan, lebih tepatnya; mencari koleksi kotak nyaman untuk nanti dimainkan kala bosan. Namun, satu sudut di ujung Yordania. Pilar tinggi, bangunan? Istana? Entah, yang pasti itu terbuat atau berarti batu. Keras, luar dalam. Aku menemukan kenyamanan yang tak hanya datang ketika bosan. Ditemukan pada 1812. Kotanya suku Nabatea ini membuatku jatuh cinta di percakapan dini hari pertamaku dan dia. Aneh, biasanya aku cinta sebab jumpa, bukan bercakap via chating di sebuah aplikasi sosial media. Kota ini pernah hilang ratusan tahun, kata Tom Parker, peneliti dari North Carolina yang sudah 45 tahun meneliti Timur Tengah. Dan mungkin sebab hilang itu, muncul kembali, dan menginvasi dini hariku untuk menerima pekerjaan baru; merindukan sapaannya. Yang aku suka selain sapaan, mungkin budaya klasik Romawi yang masih