Skip to main content

Surat terbuka untukmu, yang pernah memintaku


Assalammu’alaikum,

Kepada pria paling tampan yang pernah saya lihat di dunia, mas Yoga Adi Permana di Singkawang. Apa kabar mas? Saya selalu berharap mas dan keluarga baik-baik saja di sana. Karena saya di sini pun demikian, baik-baik saja.

Semenjak percakapan sederhana kita di malam pergantian tahun 2016, rasanya saya tidak pernah lagi mengetahui kabar mas Yoga sekeluarga? Ada apa mas? Apakah jawaban yang saya berikan sebegitu melukai keluarga besar mas Yoga? Saya harap tidak demikian, karena sebuah jawaban bukan berarti juga sebagai belati pemutus hubungan silaturahmi keluarga kita.

Mas, terimakasih atas kehadiran mas Yoga sekeluarga malam itu. Meskipun yang saya tahu, dan juga mas Yoga tahu. Kita tidak saling mengenal apalagi saling memiliki rasa. Pertemuan singkat di senja hari Idul Adha membuat Baba (Ayah mas Yoga) meminta saya dari Ayah teruntuk mas Yoga.  Awalnya perbincangan saya dengan Ayah adalah sebuah candaan semata. Karena Ayah tidak pernah seserius ini membicarakan pasangan untuk masa depan saya.

Harus mas tahu, saya memberikan jawaban itu bukan berarti saya tidak menghargai kedatangan keluarga besar mas Yoga. Bukan juga untuk membuat malu kedua belah pihak. Tetapi hati saya meragukan. Bukankah hal yang meragukan itu tidak baik untuk dilaksanakan?

Mas, saya sangat mohon maaf dengan jawaban yang saya tahu itu teramat sangat menyakitkan. Terlebih saat Ummi (Ibu mas Yoga) berkata demikian sebelum pulang ke Singkawang. Mas, yang saya ingin bukan ketampanan, kesempurnaan, apalagi harta. Saya tahu banyak wanita cantik di luar sana yang menginginkan mas Yoga sebagai suami seumur hidup mereka. Seorang pria tampan bergelar dokter muda, kaya dan serba berkecukupan. Apa yang kurang sehingga saya sebagai anak petani biasa dengan tegas berani menolak lamaran mas Yoga? Tidak ada satu pun kekurangan itu mas, sekali lagi saya hanya ragu dengan apa yang terjadi. Sehingga dengan tegas yang mengucapkan jawaban menyakitkan itu.

Mas, hidup ini tidak terlepas dari apa yang menjadi kebiasaan kita. Pribadi kita adalah cerminan pasangan kita kelak. Saya tidak merasa lebih baik dan lebih sempurna dari pasangan yang akan berjodoh dengan mas Yoga kelak. Namun, saya katakan sekali lagi. Jangan biarkan semua yang terjadi di malam pergantian tahun 2016 itu menjadi belati penghancur silaturahmi keluarga kita. Bukankah Baba dan Ayah adalah teman kerja yang sudah menikmati pahit manis kehidupan muda hingga sekarang bersama-sama? Mengapa pula semenjak kunjungan malam itu, tidak pernah terdengar lagi Baba dan Ayah berbicara? Mas Yoga, saya mohon sekiranya mas bersedia. Mohon tanyakan kepada Baba dan Ummi. Apakah kekecewaan mereka belum juga reda? Karena saya tidak ingin kematian saya nanti terhalangi keikhlasan mereka yang pernah saya sakiti hatinya. Meski dengan tidak disengaja.

Surat terbuka ini saya tulis dengan sedemikian perasaan yang masih mengganjal di dalam hati. Kepada keluarga mas Yoga, saya sampaikan salam rindu. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan serta keberkahan usia kepada Baba dan Ummi. Kepada mas Yoga, semoga cepat dipertemukan dengan jodoh pilihan Allah, bidadari dunia yang akan menjadi pendamping mas Yoga di surga Allah. Aamiin.

Wassalammu’alaikum,

                                                                                                *dari wanita yang tidak sempurna

Comments

Popular posts from this blog

Putri Al Fatih Quotes #8

Putri Al Fatih Quotes #10

Putri Al Fatih Quotes #9

Quotes by Putri Al Fatih Support by Paletto App ... @2017